Seperti halnya jodoh, rezeki tidak ada yang tahu kapan datangnya dan dengan cara yang bagaimana. Jodoh dan rezeki sudah di jamin oleh Allah untuk setiap makhluknya. Masih jadi rahasia-Nya sebelum jodoh dan rezeki itu diberikan. Jodoh dan rezeki tidak akan tertukar dan setiap makhluk masing-masing memilikinya. Kita sebagai hamba-Nya hanya perlu yakin dan pastinya berusaha agar Allah swt memberikan jodoh dan rezeki yang terbaik untuk kita..
Namun, mengenai rezeki (tentang jodoh lain kali yah), hal yang saya pahami yaitu :
- Tiap orang pasti punya rezeki masing-masing, tidak akan tertukar
“tidak suatu binatangpun termasuk manusia yg bergerak diatas bumi melainkan Allah-lah yg memberi rezekinya” (QS. HUUD : 6)
- Rezeki akan diberi kalau kita berusaha
“dan bahwasanya seorang manusia tidak mendapat apa-apa, kecuali apa yg telah dikerjakannya” (QS. An-Najm : 39)
- Rezeki datang kepada orang yang senantiasa bersyukur
“sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih” (QS. Ibrahim : 7)
- Rezki yang berberkah hanya untuk orang-orang yang bertakwa kepada Allah swt
“barangsiapa yg bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka2nya. dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki) Nya. sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap2 sesuatu” (QS. Ath-Thalaq : 2-3)
Nabi SAW mengundang para sahabat untuk menghadiri walimatul ursy yang diadakan beliau dengan seorang wanita yang menjadi istrinya. Para sahabat hadir dan begitu mereka menyaksikan tentang rupa makanan yang dijamukan oleh Rasulullah SAW, mereka tak tahan untuk tidak memperbincangkannya.
” Darimana Rasulullah SAW akan mampu memenuhi kebutuhan hidup dari para istri-istrinya ?coba lihat, jamuan walimahnya saja cuma seperti itu ?”
Rasulullah SAW diam saja. Beliau bukan tidak tahu apa yang diperbincangkan oleh para sahabat saat itu. Usai menunaikan sholat, Rasulullah SAW menceritakan suatu kisah kepada para sahabat yang hadir.
” Aku ingin menceritakan suatu kisah perihal rejeki kepada kalian. Kisah ini diceritakan oleh malaikat Jibril kepadaku. Bolehkah aku meneruskan kisah ini kepada kalian ?”
Rasulullah SAW kemudian memulai kisahnya.
” Suatu ketika Nabi sulaiman a.s melakukan sholat ditepi pantai. Usai sholat, beliau melihat ada seekor semut sedang berjalan di atas air sambil membawa daun hijau. Beliau yang mengerti bahasa binatang mendengar si semut memanggil-manggil si katak. Tak berapa lama kemudian, lalu seekor katak muncul. Ada apa gerangan dengan si katak itu sehingga si semut terus-menerus memanggilnya tadi ? Nabi Sulaiman menyaksikan bahwa begitu si katak muncul, katak itu langsung saja menggendong sang semut masuk ke dalam air menuju dasar laut.
Ada apa di dasar laut ? Semut itu menceritakan kepada Nabi Sulaiman a.s bahwa di sana ada berdiam seekor ulat. Sang ulat menggantungkan rejekinya kepada si semut.
” Sehari dua kali aku diantar oleh malaikat ke dasar laut untuk memberi makanan kepada ulat itu “. Demikian si semut memberikan penjelasannya kepada Nabi Sulaiman a.s. ” Siapakah malaikat itu, hai semut ?” tanya Nabi Sulaiman kepada si semut dengan penuh selidik. ” Si katak sendiri. Malaikat menjelmakan dirinya menjadi katak yang kemudian mengantarkan aku menuju dasar laut “.
Setiap selesai menerima kiriman daun hijau dan melahapnya, si ulat tak luap memanjatkan rasa syukur kepada Allah SWT, ” Maha Besar Allah yang men-takdir-kan aku hidup di dasar laut “. Dalam mengakhiri ceritanya itu, Rasulullah SAW memberi pandangannya.
” Jika ulat saja yang hidupnya di dasar laut, Allah SWT masih tetap memberinya makanan, maka apakah Allah SWT tega menelantarkan umat Muhammad soal rejeki dan rakhmatnya ?”
(Dikutip dari Mutiara Hikmah 1001 kisah:1)
Satu kalimat untuk kakakku dan kalian yang percaya rezeki itu pasti datang
"Man Shabara Zhafira (Siapa yang bersabar akan beruntung)
RS











“Welcome in Naminara Republic”, begitulah kata sambutan saat menjejakkan kaki di Pulau Nami yang terletak di Chuncheon-si, Provinsi Gwangwon-do, Korsel. Dari Seoul, pulau mungil ini bisa ditempuh selama 1,5 jam sampai tiba di Dermaga Gapyeong. Perjalanan lalu disambung dengan kapal feri, menyeberangi Sungai Han selama 10 menit. Kapal ferinya sangat unik, dihiasi bendera-bendera negara di dunia yang berkibar-kibar aneka warna, cocok dengan slogannya, “Di Naminara (Republik Negara Nami), kita semua bersaudara.” Memang mulai dari loket pembelian tiket yang bertuliskan “Imigrasi” hingga sistem pulau ini yang bagai sebuah negara, yang dengan hangat menerima semua budaya dan wisatawan dari seluruh penjuru dunia.
Nama Pulau Nami diambil dari Jenderal Nami, pahlawan muda Korea pemberani yang telah menjadi jendral di usia 25 tahun. Makam Jendral Nami terletak di Pulau Nami, lengkap dengan kisah heroiknya. Namun kepopuleran Pulau Nami dimulai sejak drama “Winter Sonata” yang dibintangi Kang Jun-sang (Bae Yong-jun) dan Jung Yu-jin (Choi Ji-woo), menggunakan Pulau Nami sebagai lokasi syuting. Drama ini meledak di berbagai negara asia, terutama Jepang, China, Thailand dan Indonesia.
Kala musim gugur datang, pulau ini memang sungguh romantis. Daun-daun di pepohonan yang berbaris lurus beralih warna menjadi kuning, coklat, dan merah, benar-benar bagaikan sebuah lukisan. Di berbagai sudut pulau ini dihiasi foto-foto berisi beragam adegan dalam sinetron itu. Bahkan, dipasang juga patung Bae Yong-jun atau Choi Ji-woo, yang menjadi lokasi motret para turis yang narsis.

